Catatan Akhir Pekan : Reymoond Kex Mudami
Di tanah nyiur melambai ini, kita mewarisi satu warisan yang tak ternilai: kedamaian. Sulawesi Utara sejak lama dikenal sebagai rumah bersama di mana perbedaan bukanlah jurang pemisah, melainkan jembatan yang menyatukan.
Dari Bunaken hingga Klabat, dari Likupang hingga Miangas, masyarakatnya telah membuktikan bahwa kerukunan adalah fondasi yang membuat daerah ini tetap berdiri kokoh.
Karena itu, setiap ajakan untuk meluapkan amarah dengan cara merusak sesungguhnya tidak menemukan tempat di sini. Apalagi jika kedamaian yang kita jaga bersama hendak digadaikan untuk kepentingan sesaat.
Sulut punya kearifan yang selalu terjaga: Sulut sulit disulut. Artinya, rakyat di daerah ini tidak mudah digiring ke arah provokasi, apalagi diadu satu sama lain.
Demonstrasi adalah hak demokratis, namun ketika berubah wajah menjadi tindakan anarkis, ia kehilangan makna. Demokrasi bukan soal membakar, tapi soal menyuarakan. Bukan soal merusak, tapi merawat.
Mari kita rawat kebanggaan ini. Mari buktikan bahwa masyarakat Sulawesi Utara tetap dewasa dalam menyikapi situasi, tetap teduh di tengah bara, tetap rukun di tengah perbedaan. Karena kedamaian bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan sejati.
Di hari-hari yang akan datang, mari kita teguhkan sikap: menolak segala ajakan yang bisa mencederai persaudaraan. Biarlah Sulut tetap dikenang bukan karena api amarah, tetapi karena bara persaudaraan yang selalu dijaga.(*)